Pada saat Nabi Muhammad SAWberdakwah, beliau selalu mendapat
perlakuan tidak baik dari Abu Lahab dankawan-kawan. Ejekan, hinaan, dan
penganiayaan diterima Nabi SAW danpengikutnya. Namun, sedikit pun tidak
melemahkan iman mereka. Tidak pulamenyurutkan tekad dan semangat Nabi
SAW dalam menjalankan dakwahnya.
Abu lahab bersama
kawan-kawannya,Abu Jahal, dan Abu sufyan semakin geram melihat pengikut
Nabi SAW bertambahbanyak. Memang, mereka selalu hadir jika Nabi SAW
sedang berdakwah, tetapidikepala mereka tersimpan beribu rencana jahat
untuk mengacaukannya.
“Wahai Muhammad !” teriak Abu
Lahabketika Nabi SAW sedang berdakwah. “Kamu mengaku sebagai Nabi,
tetapi kami takpernah melihat buktinya ! Bagaimana kami percaya…? “ejek
Abu Lahab.
“Sekarang, perlihatkan mukjizatmu !”seru Abu Jaha l pula.
“Ya
! Sebagaimana mukjizat nabi Isa.Coba hidupkan orang yang sudah mati !”
kata Abu Sufyan. “Bisakah kamu mengubah bukit safadan marwah menjadi
bukit emas? !” kata yang lainnya mengolok-olok Nabi.
Nabi
Muhammad SAW tidak menanggapi ulah orang-orang jahil itu. Begitu pula
pengikutnya, tidak terpengaruh sedikitpun. Allah yang Maha Kuasa
menurunkan Wahyu-Nya kepada Nabi SAW, untuk menyanggah perkataan
orang-orang kafir itu.
Lalu Nabi SAW, menyampaikan wahyu yang diterimanya kepada kaum yang sesat itu.
“Hai,
kaum Quraisy ! SesungguhnyaAllah telah berfirman, Katakanlah bahwa aku
tidak kuasa memberi kemanfaatan dan kemudaratan bagi diriku, melainkan
apa yang dikehendaki Allah.
Jika aku tahu barang yang ghaib, tentu
aku perbanyak berbuat amal kebajikan, dan tentu aku tidak akan
mendapatkesusahan. Tidaklah aku, melainkan Basyir dan Nazir,
menyampaikan janji bahagiadan berita pernyataan sengsara.”
“Sudahlah,
Muhammad! Jika kamu maumenghentikan pekerjaanmu, kami akan mengangkatmu
menjadi raja. Atau kami memberimu harta, kekayaan, dan kemewahan… ‘”
kata Abu Jahal.
Abu jahal dan kawan-kawannya tetapmendustakan Nabi. Mereka hanya ingin mempengaruhi pengikutnya agar kembalimenyembah berhala.
“Kenapa
kalian menuntutku untukmemperlihatkan mukjizat ? Sedangkan wahyu yang
kusampaikan ini lebih darisegala macam mukjizat. Cahaya yang tak pernah
padam,” Kata Nabi SAW.
Pengikut Nabi SAW semakin
teguhimannya mendengar wahyu yang disampaikan beliau. Keadaan itu
membuat kaum kafirkian marah dan menentang usaha-usaha Muhammad. Mereka
amat membencinya. Merekaberanggapan ia sudah menghina tuhan-tuhan
mereka. Maka suatu hari, orang-orangkafir itu datang kepada Abu Thalib,
paman Nabi SAW sendiri. Mereka mengadukansemua perbuatan Nabi Muhammad
SAW.
Abu Thalib, seorang pelindung dan pembela Nabi
SAW, meskipun waktu itu tidak masuk Islam. Dengan penuh bijaksanaia
menengahinya, akan tetapi kali ini orang kafir tidak merasa puas dengan
AbuThalib.
“Hai Abu Thalib, selama ini kamu
selalumembela Muhammad dan melindunginya dari kami. Coba suruh Muhammad
menghentikanperbuatannya itu! Kalau tidak’ maka kami akan bertindak
sendiri!”
Abu Sufyanmengancam dengan keras.
“Kami akan bunuh Muhammad! Jika iamasih terus menghina berhala kami,” sahutnya lagi tidak main-main.
Abu
Thalib tertegun, ia amat bingungharus berbuat apa. Muhammad adalah
keponakannya yang sangat ia cintai dansayangi. Sedangkan ia sendiri
masih menyembah berhala seperti kaum kafir. Iatak ada niat untuk
meninggalkan agamanya. Tetapi, kalau sampai menyerahkan NabiSAW ke
tangan orang-orang itu, Abu Thalib tidak bisa.
Ah
!…..hati orang tua itu terasagundah, karena rasa sayang yang begitu
besar pada Nabi Muhammad SAW, Abu Thalibsegera memanggil Nabi SAW.
Diceritakannya semua ancaman orang kafir itu denganhati yang cemas.
“Anakku,
dengarkanlah, ” kata AbuThalib. Nabi Muhammad SAW menatap pamannya
dengan perasaan berdebar-debar. Nabimenunggu apa yang akan dikatakan Abu
Thalib.
“Aku harap kamu bisa menjaga dirimudan diriku. Jangan membebani aku dengan sesuatu yang tak sanggup aku pikul,”kata Abu Thalib.
Sungguh
, Nabi SAW sedih mendengarnya. Satu-satunya orang yang selalu
membelanya, kini seakan tidak maulagi membela. Tetapi, Nabi SAW tidak
mau kaumnya terus menerus berada dalamkegelapan dan kesesatan. Beliau
sudah diberi petunjuk dengan cahaya kebenaran.
Dengan
semangat yang menyala, Nabi memandang pamannya #“Wahai, Pamanku!” kata
Nabi SAW. “Meskipun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan
bulan ditangan kiriku,agar aku meninggalkan seruanku#
Sungguh, sampai mati pun tidak akan kutinggalkan..
Tanpa
menoleh lagi, Rasulullahmeninggalkan Abu Thalib. Alangkah bergetar
seluruh tubuh Abu Thalib mendengarucapan itu. Ia tertegun beberapa saat.
Lalu segera memanggil Nabi lagi.
“Anakku ! Pergilah
dengan tenang.Katakanlah apa yang ingin kamu katakan pada kaummu.
Sungguh, aku tidak akanmenyerahkan dirimu pada orang-orang kafir,” kata
Abu Thalib penuh haru.
Abu Thalib pun memerintahkankeluarganya, bani Muthalib dan Bani Hasyim untuk melindungi Nabi SAW daripenganiayaan kaum Quraisy.
Nabi Muhammad SAW meneruskanperjuangannya, walaupun orang-orang kafir menghalanginya dengan tindakan-tindakan yang kejam.
Begitu
besar makna dan pengaruhucapan Nabi di depan pamannya, seakan menggema
di dalam dada kaum muslimin.Mereka rela berkorban jiwa sekalipun,
asalkan tetap menyiarkan agama Allah.
Kesungguhan Nabi SAW
menjalankandakwah telah membuat musuhnya kalang kabut. Tetapi, menjadi
batu magnet yangmenarik setiap pengikutnya untuk tetap setia pada
ajaran-Nya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar